Tindakan Aksi
Nyata Modul 3.1.a.10
Pengambil Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Yekti Eriani, S.Pd
CGP Angkatan 4
Kabupaten Sidoarjo
Peristiwa
(Fact)
Pelaksanaan
pembelajaran tatap muka di SMP Negeri 3 Krian setelah pandemi berjalan dengan
baik meskipun belum maksimal. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran untuk kelas
9 yang sudah mendekati akhir pembelajaran, muncul banyak masalah dan kendala
terkait nilai-nilai para murid yang masih banyak belum menuntaskan
tugas-tugasnya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru sebagai pemimpin
pembelajaran untuk menghadapi permasalahan tersebut. Berawal dari keluhan bapak/ibu
guru tentang adanya beberapa murid yang
masih belum menyelesaikan tugas dan tingkat kehadiran yang rendah, kami berkoordinasi
dengan Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Guru BK dan bapak ibu guru untuk
membahas serta merekap siapa saja murid yang bermasalah dan selanjutnya
diadakan penanganan serta pencarian solusi yang terbaik. Ada beberapa masukan
terkait permasalah murid-murid tersebut, beberapa berpendapat sebaiknya murid
tersebut tidak diluluskan saja karena memang sudah banyak melanggar aturan
sekolah, ada juga yang berpendapat untuk memberikan kesempatan dan diluluskan
saja atas pertimbangan rasa kasihan.
Menurut saya peristiwa ini menarik untuk dibahas
karena sesuai dengan modul 3.1 tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran. Berdasarkan permasalahan di atas saya melihat bahwa ada dilema
etika yang dialami guru dan sekolah. Saya mencoba memberikan masukan kepada sekolah
untuk melakukan identifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi murid
berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan
dengan pendekatan melakukan demi kebaikan orang banyak serta prinsip Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based
Thinking).
Setelah kami melakukan identifikasi dan home visit, ditemukan fakta bahwa ada
murid yang terkendala dalam menuntaskan tugas dikarenakan faktor ekonomi,
permasalahan keluarga dan psikologi murid yang labil. Para murid tersebut
sering tidak masuk sekolah karena mereka membantu orang tua untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dengan bekerja sehingga mereka tidak fokus dengan
sekolahnya. Ada juga karena keluarganya broken
home sehingga kurang perhatian dan kasih sayang orang tua. Bahkan ada murid
yang mengalami gangguan psikologi dengan mengurung dirinya di kamar selama
beberapa bulan. Dari hasil identifikasi kami berkoordinasi dengan guru BK, Wali
Kelas, Wakil Kepala Sekolah dan staf kurikulum untuk mencari jalan
keluar/solusi untuk kebaikan sekolah dan murid. Langkah yang pertama dengan
memanggil orang tua, melakukan konseling kepada murid, melakukan konferensi
kasus dengan Kepala Sekolah, kemudian mencari solusi bersama untuk para murid
tersebut agar bisa lulus dengan tetap bertanggung jawab memenuhi kekurangan
tugas-tugasnya.
Konferensi kasus bersama Kepala Sekolah, Guru
BK, Wali kelas, dan Orang tua
Rapat Koordinasi pengambilan keputusan
Rapat Bersama dewan guru untuk mengambil
keputusan bersama
Dari hasil koordinasi bersama disepakai bahwa
para murid yang bermasalah tetap diberi kesempatan untuk memperbaiki
kekurangannya sebagai syarat untuk tetap bisa lulus dengan wajib menyelesaikan terlebih
dahulu tugas-tugas yang akan diberikan. Dalam kesempatan tersebut saya mencoba
memberikan alternatif solusi yaitu bapak ibu guru harus menyiapkan soal dan tugas
untuk para murid bermasalah tersebut dengan grade
soal yang lebih mudah dengan tujuan agar para murid dapat menyelesaikan
tugasnya dengan lebih baik. Alasan saya mengambil keputusan tersebut adalah karena
melihat latar belakang dari kasus-kasus yang dihadapi murid tersebut ternyata cukuplah
kompleks. Alternatif solusi yang saya tawarkan pada akhirnya disepakati dan disambut
baik oleh Kepala Sekolah serta bapak/ ibu guru sehingga permasalahan ini bisa
teratasi dan menjadi jalan tengah terbaik untuk semua pihak. Langkah yang
diambil dengan tetap memberikan tugas kepada murid tersebut sesungguhnya adalah
upaya kami sebagai pemimpin pembelajaran yang harus mengajarkan kepada para murid
tentang pentingnya bertanggung jawab terutama berhubungan dengan pendidikan dan
masa depan mereka. Dengan memberikan kesempatan untuk tetap lulus berarti kami
telah menujukkan usaha untuk mencegah para murid tersebut memikul beban yang
bertambah berat untuk masa depannya.
Perasaan
(Feelings)
Perasaan saya sangat
senang setelah berhasil menerapkan aksi nyata sesuai materi modul 3.1 dalam
permasalahan nyata di sekolah, karena dengan menerapkan 4 pardigma, 3 prinsip
dan 9 langkah pengambilan keputusan tersebut ternyata bisa memberikan solusi
yang terbaik bagi semua pihak yaitu untuk para murid itu sendiri, orang tua
murid, para guru, dan sekolah. Hal yang paling berkesan adalah saat para murid
tersebut berusaha dan sanggup menyelesaikan tugas kelulusan yang diberikan oleh
bapak/ ibu guru tepat waktu, bahkan beberapa diantaranya bisa menunjukkan hasil
yang sangat memuaskan. Sehingga ketika Kepala Sekolah menyatakan di dalam rapat
bersama Dewan Guru bahwa para murid tersebut dinyatakan layak untuk diluluskan,
saya benar-benar sangat lega mengetahui keputusan tersebut.
Pembelajaran
(Findings)
Dari masalah
tersebut beberapa hal yang dapat saya ambil sebagai bahan pembelajaran
diantaranya adalah bahwa dengan pemahaman dan fokus yang baik terhadap masalah
yang dihadapi (dan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, serta 9 langkah
pengambilan keputusan) maka akan dapat diambil suatu keputusan yang diharapkan
bisa diterima semua pihak sebagai solusi terbaik. Mencari solusi terbaik dari
suatu masalah dengan cara pandang positif yang lebih berfokus pada kelebihan
bukan terhadap kelemahan terbukti bisa memberikan ruang solusi cukup signifikan
dalam menyelesaikan masalah ini. Memandang masalah hanya dengan berfokus pada
kekurangan dapat menimbulkan masalah baru, tetapi sebaliknya dengan
mengoptimalkan fokus pada kelebihan ternyata dapat menghasilkan solusi
permasalahan yang terbaik.
Penerapan
kedepan (Future)
Menyelesaian masalah dengan menerapkan 4 paradigma, 3
prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan ke depan diharapkan dapat menjadi
budaya baru yang lebih sering digunakan untuk membantu mencari alternatif solusi
terbaik. Pembudayaan tersebut bisa didorong untuk mulai disosialisasikan kepada
rekan sejawat melalui berbagai diskusi penyelesaian masalah seperti dalam setiap
kegiatan rapat dan koordinasi bersama.
Dengan
lebih sering digunakannya budaya ini, guru sebagai pemimpin pembelajaran akan
terlatih dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah terutama yang berkaitan
dengan proses pembelajaran serta kegiatan pendukung lainnya di sekolah. Perubahan
pola pikir dalam menghadapi masalah juga akan mulai mengarah ke cara pandang
positif terhadap kekuatan dan potensi diri serta asset di sekitar lingkungan
sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar