PENERAPAN 4 KATA AJAIB SEBAGAI BUDAYA POSITIF
DI SMPN 3 KRIAN
Yekti Eriani, S.Pd – CGP Angkatan 4
– Kab. Sidoarjo
Latar Belakang
Mengingat
bahwa tujuan dari pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada diri anak agar mereka sebagai manusia serta
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya dimana kita semua juga percaya dan meyakini bahwa tujuan
penting sekolah adalah sebagai tempat pembentukan karakter agar para siswa
sukses secara moral menjadi individu yang berbudi pekerti luhur dan sukses
secara akademik menjadi individu berwawasan global serta mampu
mengimplementasikan potensinya di masyarakat kelak, maka mutlak diperlukan
rancangan program-program terbaik dalam proses pembentukan karakter di sekolah,
salah satunya adalah melalui usaha Penerapan Budaya Positif dalam proses
pembelajaran sehari-hari di lingkungan sekolah.
Dalam
rangka menciptakan suasana lingkungan belajar yang baik dan dapat menumbuh
kembangkan potensi diri para siswa secara maksimal, maka dibutuhkan suatu
konsep budaya yang dapat mendukung terbentuknya karakter positif yang bisa
menjadi dasar nilai-nilai fundamental dalam pengembangan diri para siswa. Salah
satunya melalui penerapan 4 Kata Ajaib di lingkungan SMPN 3 Krian. Aksi nyata
ini betujuan untuk lebih memaksimalkan lagi kekerabatan sosial agar semua
merasa sebagai satu kesatuan utuh yang mampu maju dan bergerak bersama untuk
berprestasi sebagai keluarga besar SMPN 3 Krian dalam menjalankan kegiatan
pembelajaran sehari-hari
Deskripsi Aksi Nyata yang dilakukan
Budaya
positif dengan penerapan 4 Kata Ajaib ini wajib diterapkan oleh siswa-siswi
SMPN 3 Krian ketika berkomunikasi dengan Kelapa Sekolah, Guru Tenaga Pendidik,
Staf Administrasi, para tamu sekolah, serta sesama siswa SMPN 3 Krian. Tahapan
pengenalan 4 Kata Ajaib ini dilakukan dengan cara memasang poster-poster di
tempat-tempat strategis yang mudah terlihat dan dibaca para siswa seperti di
pintu gerbang sekolah, perpustakaan, kantin sekolah, ruang laboratorium
sekolah, dan tempat-tempat strategis lainnya menggunakan bahasa yang lugas dan
jelas, kemudian mulai disosialisasikan oleh Bapak/ Ibu guru.
Penerapan Budaya Positif diawali dengan membuat kesepakatan kelas guna menumbuhkan karakter disiplin positif yang kuat untuk mendorong motivasi intrinsik pada diri para siswa. Nantinya diharapkan para siswa secara sadar mau bertanggung jawab akan pilihan-pilihan yang telah disepakati bersama sebelumnya sebagai sebuah kesepakatan kelas, sedangkan peran guru adalah memberikan arahan dan bimbingan agar kesepakatan kelas tersebut dapat dijalankan sebaik mungkin. Salah satu program Calon Guru Penggerak dalam melakukan aksi nyata membangun karakter siswa adalah penerapan budaya positif melalui penerapan 4 Kata Ajaib di lingkungan sekolah yang diharapkan mampu menumbuhkan budaya saling menghargai dan menghormati orang lain.
Kata
“permisi” harus menjadi budaya untuk diucapkan setiap kali para siswa meminta
kesempatan agar diberi jalan kepada teman atau warga sekolah yang lain. Hal ini
harus dilakukan terutama di dalam kelas ketika para siswa saling berinteraksi
dalam proses pembelajaran. Tujuan utama dari pengucapan kata ini adalah untuk
membiasakan diri dalam menunjukkan rasa hormat dan saling menghargai antar
sesama siswa.
Kata
“tolong” harus menjadi budaya untuk diucapkan setiap kali para siswa meminta
tolong atau bantuan kepada teman atau warga sekolah lainnya. Hal ini harus
dilakukan terutama di dalam kelas ketika para siswa saling berinteraksi dalam
proses pembelajaran. Tujuan utama dari pengucapan kata ini adalah untuk
membiasakan diri dalam menunjukkan rasa saling membutuhkan antar sesama siswa.
Kata
“terima kasih” harus menjadi budaya untuk diucapkan setiap kali para siswa menerima
pertolongan atau bantuan dari teman atau warga sekolah lainnya. Hal ini harus
dilakukan terutama di dalam kelas ketika para siswa saling berinteraksi dalam
proses pembelajaran. Tujuan utama dari pengucapan kata ini adalah untuk
membiasakan diri dalam menunjukkan rasa terima kasih dan penghormatan atas
pertolongan atau bantuan yang diberikan oleh sesama siswa.
Kata
“maaf” harus menjadi budaya untuk diucapkan setiap kali para siswa melakukan
kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak kepada teman atau warga sekolah
yang lainnya. Hal ini harus dilakukan terutama di dalam kelas ketika para siswa
saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Tujuan utama dari pengucapan
kata ini adalah untuk membiasakan diri dalam menunjukkan rasa tanggung jawab
dan mau mengakui kesalahan terhadap orang lain terutama sesama siswa.
Berikutnya
selama proses pembelajaran berlangsung seluruh siswa sepakat menerapkan 4 Kata
Ajaib ini dalam aktivitas belajar mereka dan mulai mempraktekkannya. Di sini
tampak antusiasme para siswa untuk menerapkan budaya positif tersebut terutama
dalam kegaitan diskusi kelompok dan pemaparan hasil kerja masing-masing
kelompok.
Diakhir
pembelajaran siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan atas
pembelajatran saat itu dengan penerapan budaya positif yang telah mereka sepakati
bersama.
Hasil dari Aksi Nyata yang
dilaksanakan
Pengimbasan materi budaya positif terhadap teman sejawat
Aksi
nyata budaya positif diawali dengan pengimbasan kepada teman sejawat, hal ini
dilakukan untuk memberikan semangat bahwa penerapan budaya positif sangatlah
penting dilakukan untuk pembentukan karakter yang baik bagi para siswa.
Pentingnya peran kita sebagai seorang guru yang harus mampu menuntun siswa
kearah yang baik dengan penerapan disiplin positif dan motivasi. Disiplin diri
dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju sebuah tujuan, sesuatu yang
dihargai dan bermakna. Dengan kata lain disiplin juga mempelajari bagaimana
kita mengontrol diri dan bagaimana menguasai diri untuk mengacu pada
nilai-nilai yang kita hargai. Membuat keyakinan sekolah atau kelas juga sangat penting karena merupakan
dasar dari penerapan budaya positif yang akan dijalankan bersama dengan penuh
kesadaran oleh seluruh siswa di kelas tersebut.
Pembuatan
keyakinan kelas dengan melibatkan siswa
Diawali
dengan penyampaian pendapat mengenai keyakinan kelas seperti apa saja yang
diinginkan oleh para siswa untuk dijalankan ke depannya. Setelah keyakinan
kelas mendapatkan kesepakatan bersama maka dilanjutkan dengan menguatkan
keyakinan kelas tersebut dengan cara menuliskannya dalam bentuk poster-poster
dan menempelkannya di dinding kelas agar semua siswa selalu dapat mengingat dan
mempraktekkannya.
Penerapan
kata “tolong” dalam kelas bisa dicontohkan ketika para guru meminta kepada para
siswa untuk dibantu membersihkan papan selama proses pembelajaran berlangsung
dan terlihat bahwa siswa dengan sukarela dan penuh kesadaran memberikan bantuan
untuk membersihkan papan tulis bahkan terkadang saling berebut untuk memberikan
bantuan tersebut.
Penerapan Budaya Positif di kelas melalui teladan dari guru
Ketika
di tengah proses pembelajaran berlangsung dan terdapat siswa yang meminta ijin
untuk ke kamar kecil yang terpaksa lewat di depan para guru, maka mereka dengan
penuh keyakinan mengucapkan kata “permisi” sambil merendahkan sedikit posisi
tubuhnya sebagai bentuk penghormatan dan kesadaran tata krama para siswa.
Siswa
mampu menerapkan keyakinan kelas yang sudah dibuat
Sedangkan
ketika para siswa mendapati masalah antar teman sekelas, maka para guru harus
mampu untuk mendamaikan mereka dengan berpegang pada keyakinan kelas yang telah
disepakati untuk saling memaafkan dengan penuh kesadaran tanpa meninggalkan
masalah baru antar sesama teman dengan
menyampaikan kata “maaf” atau “terima kasih”.
Posisi kontrol guru sebagai manajer
Hal
ini bisa tercapai ketika para guru menyelesaikan masalah antar siswa dengan
menerapkan Segitiga Restitusi (Menstabilkan Identitas, Validasi Tindakan yang Salah,
Menanyakan Keyakinan) sehingga dapat dicapai penyelesaian yang terbaik tanpa
menimbulkan masalah baru serta tercapai kesepakatan solusi yang disadari secara
penuh oleh para siswa yang bermasalah tersebut tanpa adanya tekanan atau
keterpaksaan.
Setelah
1 minggu penerapan di lingkungan SMPN 3 Krian, terdapat peningkatan antusisme
para siswa mengucapkan kata “permisi” dan “tolong” dalam proses pembelajaran di
kelas. Berdasarkan laporan Bapak/ Ibu rekan pengajar lainnya juga dirasakan
peningkatan implementasi 2 kata tersebut walaupun lebih sering diucapkan dalam
dialek bahasa Jawa menjadi “nuwun sewu” untuk kata “permisi” dan “nyuwun tulung” untuk kata “tolong”. Tetapi setidaknya dalam kurun
waktu yang singkat terlihat mulai tertanam budaya positif dalam perilaku dan
ucapan para siswa.
Pembelajaran yang didapat dari
pelaksanaan (kegagalan atau keberhasilan)
Dari
usaha dan hasil yang dilakukan selama kurun waktu 1 minggu dalam usaha
penerapan budaya positif tersebut didapati fakta bahwa ketika antar siswa
menerapkan salah satu dari 4 Kata Ajaib tersebut terbentuk suasana yang lebih
akrab dan timbul saling menghargai satu sama lain terutama ketika saling
mengucapkan “terima kasih” atau “matur
nuwun” dalam dialek bahasa Jawa, Dalam proses pelaksanaan memanglah tidak
mudah butuh keteladanan dari bapak ibu guru dan konsistensi yang kuat. Masih
banyak juga siswa yang canggung dalam menerapkannya terhadap sesama teman
tetapi mereka sudah mulai menerapkannya terhadap Bapak/ Ibu guru walaupun
sedikit terpaksa.
Rencana perbaikan untuk pelaksanaan
di masa mendatang
Berdasarkan
hasil yang didapat selama 1 minggu tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan
budaya positif ini dapat menciptakan suasana kondusif yang mendukung
terciptanya atmosfer pembelajaran yang baik, terutama dengan mulai tampaknya
sikap saling menghormati dan menghargai sehingga diharapkan ke depan mampu
mereduksi gesekan antar siswa yang dapat menimbulkan masalah-masalah yang tidak
diinginkan muncul dalam proses pembelajaran, seperti perkelahian, tawuran antar
pelajar, atau perundungan siswa. Sehingga ke depan penerapan budaya ini akan
terus disosialisasikan dengan lebih mengangkat dan menunjukkan hasil-hasil yang
lebih positif lagi agar para siswa dapat lebih memahami pentingnya menerapkan 4
Kata Ajaib tersebut di lingkungan sekolah dan di masyarakat uumnya, salah
satunya dengan memberikan predikat dan penghargaan bagi kelas paling kondusif
dalam proses pembelajaran setiap bulannya atau dengan mengangkat sepasang Duta
Kelas untuk lebih mensosialisasikan budaya positif ini di lingkungan SMPN 3
Krian.
Dokumentasi proses dan hasil
pelaksanaan berupa foto-foto atau video-video singkat berikut caption/ narasi
singkatnya.
Link
youtube video aksi nyata : https://youtu.be/YjiJGQnIafo
Link
youtube proses pembuatan keyakinan kelas : https://youtu.be/oZkePQ67Fkc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar